Peranan Bung Tomo dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Abstract

Bung Tomo merupakan nama kehormatan yang ia dapat ketika ia mulai menginjak usia remaja. Nama aslinya adalah Sutomo. Lahir 3 Oktober 1920 di kampung Bluran, Surabaya, Jawa Timur. Sutomo merupakan putera dari pasangan suami istri yang bernama Kartawan Tjiptodjojo dan Subastita. Ia lahir dari keluarga yang sangat memperhatikan pendidikan. Memulai pendidikannya di HIS (Hollands Inlandse School), kemudian melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Large Orderwijs), setelah itu ia melanjutkan ke HBS (Horege Burger School) setelah selesai menempuh pendidikannya Karena dukungan orang tua ia melanjutkan ke jenjang pendidikan UI (Universitas Indonesia) yang berada di Jakarta. Berita penyataan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 tersebut diterima para pemuda Surabaya pada hari sabtu, tanggal 18 Agustus 1945. Situasi kota Surabaya pasca proklamasi ini banyak menuai tanggapan rakyat Surabaya dengan adanya insiden Belanda yang mengibarkan benderanya, datangnya tentara Sekutu yang membonceng NICA (Netherland Inndies Civil Administrasion), dan tewasnya Jendral Mallaby ini sebagai penyebab awal dimulainya pertempuran 10 November 1945. Pertempuran di landasan udara Morokrembangan ini mengenai ultimatum yang diberikan kepada rakyat Surabaya dari Inggris bahwa bangsa Indonesia tidak mau menyerahkan senjata kepada pihaknya maka akan terjadi gencatan senjata. Pertempuran 10 November ini tidak lepas keterkaitanya dari peristiwa yang mendahuluinya. Bung Tomo merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam masa revolusi di Indonesia, yaitu keinginannya untuk berkontribusi dalam perjuangan demi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) bukan hanya ucapan semata. Namun, merupakan tindakan nyata. Ia berjuang melalui siaran radio BPRI (Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia) yang mengumandangkan semangat perjuangan melalui siaran radio.